Tidak bisa dipungkiri bahwa peternakan di Indonesia saat ini kebanyakan masih berupa peternakan rakyat. Cirinya yaitu usaha skala kecil dengan manajemen pemeliharaan yang masih tradisional. Sehingga belum mampu memberikan kesejahteraan yang memadai karena cara ini memerlukan biaya operasional dan tenaga yang banyak. Namun, disisi lain mulai banyak juga para peternak yang mengadopsi pola peternakan modern untuk menekan biaya operasional tanpa mengorbankan kualitas produk peternakan. Untuk bisa disebut sebagai peternakan modern bukan berarti segala operasionalnya harus dilakukan dengan teknologi canggih nan otomatis. Akan tetapi perubahan cara tradisional ke tata kelola peternakan modern bisa dimulai dari sistem manajemen pakannya.
Saat ini masih banyak dijumpai penerapan manajemen pakan oleh peternak tradisional yang masih belum tepat. Yang mana ternak hanya digembalakan untuk mencari makan sendiri. Atau peternak masih selalu mengarit untuk mencari pakan hijauan sebagai pakan utama. Ya, memang pemberian pakan hijauan saja memungkinkan biaya pakan menjadi relatif murah dan lebih ekonomis. Akan tetapi ini juga berdampak pada produksi yang tinggi sulit tercapai, menyebabkan produktivitas sapi potong terhambat.
Apalagi, terkadang pemberian pakan hijauan ini hanya sesuai ketersediaan dan tidak diketahui apakah pakan yang diberikan tersebut mencukupi kebutuhan atau tidak. Padahal seharusnya kebutuhan konsumsi pakan hijauan bagi sapi potong yaitu sekitar 10% dari berat badan ternak sapi.
Manajemen pakan yang tepat untuk tekan biaya operasional sekaligus peningkatan produksi
Pola penerapan peternakan modern dari segi pakan bisa menggunakan kombinasi pakan hijauan dengan konsentrat. Pemberian konsentrat untuk ternak merupakan suatu usaha mencukupi kebutuhan zat-zat makanan sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi. Konsentrat juga merupakan pakan penguat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi ternak, meningkatkan daya cerna bahan kering, serta efisien secara keseluruhan dalam pemberian ransum.
Dengan pemberian pakan berupa kombinasi kedua bahan itu akan memberi peluang terpenuhinya nutrisi sekaligus menjaga biaya agar tetap relatif terjangkau. Perbandingan jumlah konsentrat dan hijauan dalam ransum sapi potong ini adalah 40% hijauan : 60% konsentrat. Sebaiknya pemberian pakan konsentrat diberikan 2-3 jam sebelum pakan hijau diberikan agar tingkat konsumsi pakan ternak menjadi maksimal dan konsentrat dapat dicerna dengan baik.
Lebih baik konsentrat bikin sendiri atau beli produk jadi?
Ketersediaan konsentrat sendiri bisa dipenuhi dengan cara, yaitu membuat racikan konsentrat sendiri dan membeli produk jadi dari pabrik pakan ternak. Membuat konsentrat dengan menyusun komposisi bahan-bahan pakan sendiri mungkin biayanya lebih murah dibanding dengan membeli di pasaran. Akan tetapi untuk melakukan hal ini tentu Anda juga membutuhkan tenaga dan waktu yang lebih banyak. Apalagi masih ada kemungkinan bahwa komposisi nutrisi dari bahan pakan yang Anda coba racik tidak sesuai dengan kebutuhan ternak.
Sebagai alternatif yang lebih pasti dan praktis, Anda bisa membeli konsentrat yang dipasarkan oleh pabrik pakan ternak yang biasanya memiliki komposisi yang terukur dan lolos uji laboratorium. Terlebih jika Anda memilih konsentrat fermentasi, maka Anda juga akan mendapatkan keuntungan lain. Karena konsentrat yang telah melalui proses fermentasi memiliki daya simpan yang lebih lama. Sehingga Anda tidak repot karena Anda dapat menstok dalam jumlah yang cukup untuk beberapa jangka waktu tertentu.
Dari sekian banyak merek konsentrat yang beredar, Bima Feed adalah konsentrat ternak sapi potong yang telah banyak direkomendasikan oleh para peternak dari berbagai wilayah Indonesia. Selain kandungan nutrisinya seimbang dan lengkap, Bima Feed juga menawarkan harga yang relatif terjangkau untuk setiap varian produknya. Untuk informasi lebih lanjut mengenai konsentrat Bima Feed, hubungi kontak yang tercantum pada website ini sekarang juga!
